Travelling ke Jepang adalah salah satu bucket list yang telupakan karena akhir-akhir ini agak obsessed sama Ostrali. Tapi pas AA sale tahun lalu dapet harga yang lumayan pak suami langsung nyuruh beli. Jadilah bulan mei yang lalu kami berangkat ke Jepang.
Persiapannya lumayan lama, kira-kira 8 bulan sejak beli tiket, jadi bisa dipersiapkan dengan matang.
Berikut hal-hal yang perlu disiapkan sebelum berangkat ke Jepang.
1. Tiket
Seperti yang udah diceritakan di atas, kami kembali memakai AirAsia untuk tujuan ke Jepang kali ini. Karena..murah! Kemarin kami dapat Rp 2.5 juta pp untuk berangkat via Haneda dan pulang lewat Osaka. Murah banget dibanding pesawat lain yang rata-rata 7-8 jutaan PP.
Emang sih, harga segitu baru KL-HND dan KIX-KL aja, kalau ditambah beli bagasi, nginep di Tune KLIA2, tiket dari Pekanbaru dan bagasi jatohnya sekitar Rp 4.4 juta pp. Jadi mahal?? Enggak juga sih, dibanding 7 juta pp masih murah toh? apalagi dikali 4 dewasa, selisihnya lumayan. Tapi denger-denger kalau di Garuda Travel fair atau sale SQ malah dapet 3 jutaan pp. Kalau bisa dapet harga segitu di SQ atau Garuda mending pake itu, apalagi pesawat premium tentunya lebih nyaman, ga pake transit lama, dapet makan dan free bagasi pula. Tapi berhubung untuk ikutan fair-fair semacam itu kudu ke Jakarta, dan berangkatnya juga tentunya dari Jakarta jadi agak-agak sulit buat kami yang tinggal di hutan ini, jadilah setia dengan AA.
2. Visa
Setelah tiket di tangan, maka langkah selanjutnya adalah membuat visa. Tadinya mau bikin E paspor berhubung mau perpanjang paspor juga tapi ternyata di Dumai belom bisa bikin E paspor *nasip*
Bikin visa Jepang ga terlalu mahal (dibanding Australia), Rp 325.000 per orang. Tadinya mau ngurus sendiri kaya bikin visa Oz, lagipula udah pengalaman kan. Tapi ternyata visa Jepang agak rumit karena harus sesuai ktp. Karena aku ktp Bandung jadi harus bikin di Bandung, sedangkan suami ktp mojokerto jadi harus bikin di Surabaya, anak- anak ikut KK suami. Hadehhh....
Akhirnya dariapada ribet kami memutuskan memakai jasa tavel agent. Lagipula setelah survey-survey jasanya ga terlalu mahal. Rp 100.000 per paspor. Murah lah segitu, daripada beli tiket pp Bandung dan Surabaya??
Kami mempercayakan pengurusan visa ke Dwidaya tour, karena udah reputable dan punya cabang di Surabaya juga, jadi ngirimnya ke Jakarta aja dan pihak travel yang mengirim paspornya sesuai ktp masing-masing. Pengurusannya juga cepat, kira-kira semingguan udah beres.
3. Penginepan.
Karena sampe Haneda tengah malam, mau ga mau harus nginep dulu di Haneda karena ga keburu pake kereta, naik taksi udah big no no ya karena terbukti mahal banget (pernah baca di blog orang dari Narita ke city kena 3 juta aja dong!). Kalau mau hemat sih nginep di Bandara tapi ga mungkin lah bawa bayi, balita dan orang tua, ga tega ah. Jadinya hasil survey kami memilih nginep di Toyoku inn Haneda dengan rate JPY16.868 untuk 2 kamar.
Kita booking hotel ini dengan hotel di Tokyo dan Osaka sejak 3 bulan sebelumnya untuk keperluan visa, kalau Toyoku Inn sih udah confrim berhubung hotel ini juga cepet banget sold outnya, tapi untuk yang Tokyo city dan Osaka booking asal-asalan aja via Booking.com yang bisa free cancelation, yang penting ada bukti hotel aja untuk keperluan pengurusan visa.
Cari penginepan agak tricky karena pengennya deket city, murah, luas dan bisa menampung 4 dewasa dan 2 anak. Pls note kalau double bed standar Jepang sangatlah mini, cuma 140x200 yang sebenernya kalau di kita mah kasur single. Jadi pilihan hotel udah dicoret karena rata-rata kasurnya double bed, kalau mau nyaman ya pilih family room tapi mahal.
Budget untuk hotel adalah max 1.5juta per family. Kalau mau murah bisa nginep di hostel yang per personnya bisa cuma 200-300rban aja. Tapi rata-rata hostel ga boleh bawa bayi, kalaupun ada, ga sesuai kritaria kami yang harus di city. Pilihan akhirnya jatoh pada apartemen via airbnb. Sebenernya banyak apartemen yang jauh lebih murah misal 1 jutaan per family tapi agak di pinggiran. Setelah dipikir-pikir walo kereta di Jepang reliable dan jarak tempuh juga ga terlalu jauh naik kereta tapi kami tetep milih nginep di area stasiun besar, supaya mobilitas lebih gampang aja, berhubung bawa anak-anak dan orang tua. Jadi kalau misal lagi males jalan jauh, jalan-jalan sekitar apartemen juga udah menarik.
Pilhan akhirnya jatoh di apartemen bergaya ryokan di Shibuya, akses juga dekat cuma 500m dari stasiun. Tapi belakangan agak nyesel karena Shibuya ternyata areanya berbukit-bukit, jadi tiap pulang tuh harus jalan nanjak. Note buat yang bawa anak kecil (dengan 2 stroller apalagi!) dan orang tua, mending nginep di area lain walo bukan di stasiun besar, misal di meguro atau ebisu. Tapi kalau stasiun kecil gitu, pastikan sama owner apartemennya kalau stasiunnya ada lift , karena di Shin Okubo ternyata ga ada liftnya walo apartemen di area situ rata-rata cukup terjangkau.
Apartemen di Shibuya harganya 2,5 juta permalam dengan 2 kamar tidur, 1 kamar isinya double bed beneran (180x200), 1 lagi kamar bergaya ryokan dengan 4 futon, jadi semua bisa kebagian tempat dengan nyaman. Jatohnya per family sekitar 1.2 jutaan, murah banget berhubung rata-rata hotel di Shibuya memasang harga Rp 1.8 juta per kamar dengan kapasitas 2 orang sahaja. Itu yang paling murah ya, kalo yang mahal sih banyak..5 jutaan aja per malam untuk 2 orang #pret Enaknya lagi di apartmen bisa masak dan juga menyediakan rice cooker, jadi bisa hemat biaya makan.
Untuk di Osaka, kita milih apartemen di area Shin-Osaka, ini lebih enak karena ga nanjak, jadi berasa kalo deket. Kenapa di area Shin -Osaka bukannya di Osaka station? Karena shinkansen dari Tokyo turunnya di Shin-Osaka, kereta ke Kansai airport juga dari Shin-Osaka, jadi mendingan milih nginep di are aini jadi ga kejauhan geret-geret kopernya.
Untuk masalah rice cooker, kita bisa request owner apartemen untuk menyediakan kalau tadinya mereka ga punya, lumayan ga usah bawa-bawa rice cooker dari Indo. Apartemen yang di osaka tadinya ga punya rice cooker, tapi aku request berhubung bawa anak-anak, dan mereka setuju, baik banget ya!
Karena sampe Haneda tengah malam, mau ga mau harus nginep dulu di Haneda karena ga keburu pake kereta, naik taksi udah big no no ya karena terbukti mahal banget (pernah baca di blog orang dari Narita ke city kena 3 juta aja dong!). Kalau mau hemat sih nginep di Bandara tapi ga mungkin lah bawa bayi, balita dan orang tua, ga tega ah. Jadinya hasil survey kami memilih nginep di Toyoku inn Haneda dengan rate JPY16.868 untuk 2 kamar.
Kita booking hotel ini dengan hotel di Tokyo dan Osaka sejak 3 bulan sebelumnya untuk keperluan visa, kalau Toyoku Inn sih udah confrim berhubung hotel ini juga cepet banget sold outnya, tapi untuk yang Tokyo city dan Osaka booking asal-asalan aja via Booking.com yang bisa free cancelation, yang penting ada bukti hotel aja untuk keperluan pengurusan visa.
Cari penginepan agak tricky karena pengennya deket city, murah, luas dan bisa menampung 4 dewasa dan 2 anak. Pls note kalau double bed standar Jepang sangatlah mini, cuma 140x200 yang sebenernya kalau di kita mah kasur single. Jadi pilihan hotel udah dicoret karena rata-rata kasurnya double bed, kalau mau nyaman ya pilih family room tapi mahal.
Budget untuk hotel adalah max 1.5juta per family. Kalau mau murah bisa nginep di hostel yang per personnya bisa cuma 200-300rban aja. Tapi rata-rata hostel ga boleh bawa bayi, kalaupun ada, ga sesuai kritaria kami yang harus di city. Pilihan akhirnya jatoh pada apartemen via airbnb. Sebenernya banyak apartemen yang jauh lebih murah misal 1 jutaan per family tapi agak di pinggiran. Setelah dipikir-pikir walo kereta di Jepang reliable dan jarak tempuh juga ga terlalu jauh naik kereta tapi kami tetep milih nginep di area stasiun besar, supaya mobilitas lebih gampang aja, berhubung bawa anak-anak dan orang tua. Jadi kalau misal lagi males jalan jauh, jalan-jalan sekitar apartemen juga udah menarik.
Pilhan akhirnya jatoh di apartemen bergaya ryokan di Shibuya, akses juga dekat cuma 500m dari stasiun. Tapi belakangan agak nyesel karena Shibuya ternyata areanya berbukit-bukit, jadi tiap pulang tuh harus jalan nanjak. Note buat yang bawa anak kecil (dengan 2 stroller apalagi!) dan orang tua, mending nginep di area lain walo bukan di stasiun besar, misal di meguro atau ebisu. Tapi kalau stasiun kecil gitu, pastikan sama owner apartemennya kalau stasiunnya ada lift , karena di Shin Okubo ternyata ga ada liftnya walo apartemen di area situ rata-rata cukup terjangkau.
Apartemen di Shibuya harganya 2,5 juta permalam dengan 2 kamar tidur, 1 kamar isinya double bed beneran (180x200), 1 lagi kamar bergaya ryokan dengan 4 futon, jadi semua bisa kebagian tempat dengan nyaman. Jatohnya per family sekitar 1.2 jutaan, murah banget berhubung rata-rata hotel di Shibuya memasang harga Rp 1.8 juta per kamar dengan kapasitas 2 orang sahaja. Itu yang paling murah ya, kalo yang mahal sih banyak..5 jutaan aja per malam untuk 2 orang #pret Enaknya lagi di apartmen bisa masak dan juga menyediakan rice cooker, jadi bisa hemat biaya makan.
Untuk di Osaka, kita milih apartemen di area Shin-Osaka, ini lebih enak karena ga nanjak, jadi berasa kalo deket. Kenapa di area Shin -Osaka bukannya di Osaka station? Karena shinkansen dari Tokyo turunnya di Shin-Osaka, kereta ke Kansai airport juga dari Shin-Osaka, jadi mendingan milih nginep di are aini jadi ga kejauhan geret-geret kopernya.
Untuk masalah rice cooker, kita bisa request owner apartemen untuk menyediakan kalau tadinya mereka ga punya, lumayan ga usah bawa-bawa rice cooker dari Indo. Apartemen yang di osaka tadinya ga punya rice cooker, tapi aku request berhubung bawa anak-anak, dan mereka setuju, baik banget ya!
4. Itinerary
Setelah visa,penginapan, dan tiket udah beres, akhirnya masuk ke bagian yang memusingkan..yaitu nyusun itin! Tadinya suami maunya terima beres dengan ikut local tour di sana, pas diitung-itung kenanya udah 50 jutaan aja untuk 1 keluarga dan itu baru di Tokyo doang. Noooo!
Si emak-emak hemat cermat ini langsung turun tangan, ampe jereng bacain blog orang-orang. Keywordnya travelling with babies/ toddler. Beberapa orang pake referensi buku CK yang hemat keliling jepang 2.5 juta tea. Aku sih ga pake, selain males beli buku, kayanya ga terlalu relevan berhubung dia fokusnya ke solo traveller. Ga mungkin lah demi menghemat si anak bayi diajak nginep di bandara, naik willer bus, atau nginep di hostel dan bersempit-sempit ria.
Berhubung bawa bayi dan orang tua, travellingnya ga bisa terlalu backpacker juga, hemat tapi tetap nyaman untuk semua.
Pertama-tama nentuin dulu mau kemana aja, rata-rata yang bawa anak kecil pasti ke disneyland, disney sea atau unversal studios dan wizarding worl of harry potter. Tapi berhubung ini bawa ortu juga bukan cuma anak kecil, jadi kami skip aja. Nabil biasa aja sama disney2an dan Missha belom ngerti, males juga menghabiskan waktu ke tempat yang pasti banyakan ngantrinya. Jadilah tempat-tempat yang dipilih yang khas aja kaya ke Mt Fuji, atau main salju.
Setelah visa,penginapan, dan tiket udah beres, akhirnya masuk ke bagian yang memusingkan..yaitu nyusun itin! Tadinya suami maunya terima beres dengan ikut local tour di sana, pas diitung-itung kenanya udah 50 jutaan aja untuk 1 keluarga dan itu baru di Tokyo doang. Noooo!
Si emak-emak hemat cermat ini langsung turun tangan, ampe jereng bacain blog orang-orang. Keywordnya travelling with babies/ toddler. Beberapa orang pake referensi buku CK yang hemat keliling jepang 2.5 juta tea. Aku sih ga pake, selain males beli buku, kayanya ga terlalu relevan berhubung dia fokusnya ke solo traveller. Ga mungkin lah demi menghemat si anak bayi diajak nginep di bandara, naik willer bus, atau nginep di hostel dan bersempit-sempit ria.
Berhubung bawa bayi dan orang tua, travellingnya ga bisa terlalu backpacker juga, hemat tapi tetap nyaman untuk semua.
Pertama-tama nentuin dulu mau kemana aja, rata-rata yang bawa anak kecil pasti ke disneyland, disney sea atau unversal studios dan wizarding worl of harry potter. Tapi berhubung ini bawa ortu juga bukan cuma anak kecil, jadi kami skip aja. Nabil biasa aja sama disney2an dan Missha belom ngerti, males juga menghabiskan waktu ke tempat yang pasti banyakan ngantrinya. Jadilah tempat-tempat yang dipilih yang khas aja kaya ke Mt Fuji, atau main salju.
5. Transportasi
Setelah konsultasi sama temen yang tinggal disana, mulai kebayang deh itin dan rute-rutenya. Dari sini baru deh nentuin pake pass apa yang sesuai.
Sebelum memutuskan mau pake pass yang mana, sebelumnya aku selalu bandingin dulu di Hyperdia atau Google map kalau beli ketengan kenanya berapa, baru deh bandingkan kalau pake pass tertentu.
JR pass ga efisien karena kita berangkat dari Haneda dan pulang dari Osaka, shinkansen oneway baru kena 1.6 sedangkan JP pass harganya 3 jutaan dan belum mencover kereta ke mt fuji atau main salju.
Best deal adalah pake Tokyo wide pass karena udah mencover kereta ke mt fuji dan gala yuzawa, info selengkapnya disini Aku udah bandingin kalau beli ketengan harganya jauhh lebih mahal, dan juga praktis, tinggal nunjukin kartu aja ga usah bolak balik beli tiket. Untuk trip keluar kota yang rame wisatawan dan ganti-ganti kereta jadi lumayan menghemat waktu.
Tokyo wide pass ini berlaku 3 hari dan rencananya di hari ke 4 mau pake tokyo metro pass yang cuma bayar JPY 600 pake metro sepuasnya. Itinnya menyesuaikan area yang dicover sama metro one day pas biar ga ganti kereta lain, cukup pake metro.
Kenapa ga beli PASMO/ SUICA? (semacam Ez Link kalau di Sg). Kalau untuk kita nanggung aja sih, rencana cuma 6 hari di Tokyo, 3 hari pake wide pass, hari ke 4 metro one day pass, hari ke 5 mau ke odaiba yang rencananya naik kapal, hari ke 6 jalan-jalan sekitar Shibuya aja jadi ga naik kereta.Belom lagi ada biaya kartu kalau pake pasmo/suica.
Setelah konsultasi sama temen yang tinggal disana, mulai kebayang deh itin dan rute-rutenya. Dari sini baru deh nentuin pake pass apa yang sesuai.
Sebelum memutuskan mau pake pass yang mana, sebelumnya aku selalu bandingin dulu di Hyperdia atau Google map kalau beli ketengan kenanya berapa, baru deh bandingkan kalau pake pass tertentu.
JR pass ga efisien karena kita berangkat dari Haneda dan pulang dari Osaka, shinkansen oneway baru kena 1.6 sedangkan JP pass harganya 3 jutaan dan belum mencover kereta ke mt fuji atau main salju.
Best deal adalah pake Tokyo wide pass karena udah mencover kereta ke mt fuji dan gala yuzawa, info selengkapnya disini Aku udah bandingin kalau beli ketengan harganya jauhh lebih mahal, dan juga praktis, tinggal nunjukin kartu aja ga usah bolak balik beli tiket. Untuk trip keluar kota yang rame wisatawan dan ganti-ganti kereta jadi lumayan menghemat waktu.
Tokyo wide pass ini berlaku 3 hari dan rencananya di hari ke 4 mau pake tokyo metro pass yang cuma bayar JPY 600 pake metro sepuasnya. Itinnya menyesuaikan area yang dicover sama metro one day pas biar ga ganti kereta lain, cukup pake metro.
Kenapa ga beli PASMO/ SUICA? (semacam Ez Link kalau di Sg). Kalau untuk kita nanggung aja sih, rencana cuma 6 hari di Tokyo, 3 hari pake wide pass, hari ke 4 metro one day pass, hari ke 5 mau ke odaiba yang rencananya naik kapal, hari ke 6 jalan-jalan sekitar Shibuya aja jadi ga naik kereta.Belom lagi ada biaya kartu kalau pake pasmo/suica.
6. Perbekalan
Berhubung nginep di Apartemen dan ada mesin cuci jadinya bawa baju dikit aja, 2 celana sama 4 baju udah cukuplah, itupun termasuk outer dan inner jadi bisa dipadu padankan. Anak-anak lebih banyak yaaa... namanya juga anak- anak yah, pasti ada kejadian baju kotor, basah dsbnya. Popok juga bawa yang isi 40++ diselip-selipin aja dimana-mana daripada keabisan trus beli disana mahal :-s Beras bagi 2 sama mam, jadi bawa 3 kilo masing-masing dengan total 6 kilo. Di Jepang akhirnya keabisan dan mesti beli lagi 3 kiloan dengan harga 70ribuan per kilo. Mahal yaaa... Jadi total 10 hari butuh 9 kilo beras untuk 4 dewasa dan 2 anak.
Yang kurang adalah cemilan anak-anak. Aku cuma bawa stok untuk di pesawat yang mana 1 hari aja udah abis. Apalagi pas mis-mis sakit dan gtm nasi, jadi bingung ga ada cemilan. Bisa aja sih beli di Jepang tapi agak ragu sama yang halal dan juga mahal. Akhirnya beli yang familiar aja kaya hello panda, ritz, oreo dkk tapi ya itu mahal...cemilan paling murah kayanya 100 yen an yang mana 12ribu. Sedangkan di Indo ukuran segitu mungkin 3-5ribuan. Harusnya bawa beng-beng 1 pack, susu, biskuit2 dkk biar kalo pada gtm masih bisa cemal cemil. Untungnya di konbini (semacam 7-11, lawson dkk) ada edamame ukuran kecil, blueberry beku yang bisa jadi cemilan missha selama gtm.
7. Bagasi
Khusus yang naik AA untuk bagasi masih harus beli lagi. Sempat ragu-ragu mesti beli bagasi berapa? Bawaan kami (4 dewasa dan2 balita ) terdiri dari:
-2 koper kabin
-2 stroller lightweight (approx 3 kilo)
-2 tentengan kecil (ukuran separo koper kabin)
-2 backpack
Pas berangkat cuma beli 30 kilo dan itu cukup, padahal ada beras 6 kilo. Semuanya masuk bagasi kecuali backpack. Dari Osaka-KL beli 50 kilo karena takut jadi makin berat karena udah belanja belanji, walo beras udah ga ada. Tapi pengalaman pulang dari Perth beli 30 kilo dan overweight 2 kilo. Daripada overweight lagi dan bayar mahal mendingan dilebihin, dan untuk harga 40kg sama 50kg beda dikit.
Ternyata kami cuma kena 38 kiloan, jadi kelebihan yahh...tau gitu belanja lebih banyak huhu
Sampe KL unruk memanfaatkan jatah bagasi yang masih ada 10 kilo lebih kami bebelian deh. Yang dibeli macam kopi, nestum dkk sih bukannya produk fashion hihihih... emak-emak banget ya...dan pas ke PKU jadinya hampir 50kilo sesuai jatah.
Berhubung nginep di Apartemen dan ada mesin cuci jadinya bawa baju dikit aja, 2 celana sama 4 baju udah cukuplah, itupun termasuk outer dan inner jadi bisa dipadu padankan. Anak-anak lebih banyak yaaa... namanya juga anak- anak yah, pasti ada kejadian baju kotor, basah dsbnya. Popok juga bawa yang isi 40++ diselip-selipin aja dimana-mana daripada keabisan trus beli disana mahal :-s Beras bagi 2 sama mam, jadi bawa 3 kilo masing-masing dengan total 6 kilo. Di Jepang akhirnya keabisan dan mesti beli lagi 3 kiloan dengan harga 70ribuan per kilo. Mahal yaaa... Jadi total 10 hari butuh 9 kilo beras untuk 4 dewasa dan 2 anak.
Yang kurang adalah cemilan anak-anak. Aku cuma bawa stok untuk di pesawat yang mana 1 hari aja udah abis. Apalagi pas mis-mis sakit dan gtm nasi, jadi bingung ga ada cemilan. Bisa aja sih beli di Jepang tapi agak ragu sama yang halal dan juga mahal. Akhirnya beli yang familiar aja kaya hello panda, ritz, oreo dkk tapi ya itu mahal...cemilan paling murah kayanya 100 yen an yang mana 12ribu. Sedangkan di Indo ukuran segitu mungkin 3-5ribuan. Harusnya bawa beng-beng 1 pack, susu, biskuit2 dkk biar kalo pada gtm masih bisa cemal cemil. Untungnya di konbini (semacam 7-11, lawson dkk) ada edamame ukuran kecil, blueberry beku yang bisa jadi cemilan missha selama gtm.
7. Bagasi
Khusus yang naik AA untuk bagasi masih harus beli lagi. Sempat ragu-ragu mesti beli bagasi berapa? Bawaan kami (4 dewasa dan2 balita ) terdiri dari:
-2 koper kabin
-2 stroller lightweight (approx 3 kilo)
-2 tentengan kecil (ukuran separo koper kabin)
-2 backpack
Pas berangkat cuma beli 30 kilo dan itu cukup, padahal ada beras 6 kilo. Semuanya masuk bagasi kecuali backpack. Dari Osaka-KL beli 50 kilo karena takut jadi makin berat karena udah belanja belanji, walo beras udah ga ada. Tapi pengalaman pulang dari Perth beli 30 kilo dan overweight 2 kilo. Daripada overweight lagi dan bayar mahal mendingan dilebihin, dan untuk harga 40kg sama 50kg beda dikit.
Ternyata kami cuma kena 38 kiloan, jadi kelebihan yahh...
Sampe KL unruk memanfaatkan jatah bagasi yang masih ada 10 kilo lebih kami bebelian deh. Yang dibeli macam kopi, nestum dkk sih bukannya produk fashion hihihih... emak-emak banget ya...dan pas ke PKU jadinya hampir 50kilo sesuai jatah.
Japan here we come!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar